Sebuah pesan masuk melalui direct message
akun Twitter pada Rabu (24/4) pagi tentang calon peserta Airmen Tour 2019. Akan tetapi, baru saya ketahui sehari setelahnya, tepatnya Kamis pagi usai ibadah salat Subuh. Ketika matahari beranjak naik,
saya jogging ke Prembun untuk mengambil (kembali) sepeda
yang saya titipkan pada hari Senin petang, saat apply karya untuk seleksi
Airmen Tour.
Saya berdiskusi dengan orang tua terkait perjalanan menuju ke luar pulau ini. Setelah melalui berbagai pertimbangan, akhirnya saya
diizinkan berangkat. Kesempatan (yang sama) tidak
pernah datang dua kali. Mempertimbangkan jarak dan waktu yang terbatas, saya
memutuskan untuk memesan tiket kereta.
The Did-Day!
Sabtu
dini hari, saya tiba di stasiun Jatinegara dengan kereta api Kutojaya Utara. Pagi
sekitar pukul 04.00, saya sudah siap dan segera memesan ojek online untuk
mengantar ke titik kumpul Airmen, Suma 3 Lanud Halim Perdanakusuma. Run-down acara menunjukkan bahwa pukul 05.00,
peserta Airmen Tour 2019 sudah berkumpul di lokasi (walaupun saya yakin bakal
molor), saya harus hadir setidaknya 15 menit lebih awal.
Dengan
stok sabar yang masih cukup, saya mengonfirmasi berkali-kali destinasi tujuan.
Lewat dari 20 menit ternyata, saya “berdebat” dengan tukang ojek tersebut.
“Cancel aja! Lama amat gak jalan-jalan,” Kakak menyarankan, mengingat kondisi
lalu lintas ibukota yang biasanya sudah ramai sebelum azan Subuh berkumandang.
Ya
Tuhan, kurang dari setengah jam sebelum pukul 05.00, saya masih berdiri di gang
sempit yang jaraknya sekitar 14 km dari lokasi (ini menurut Google Maps, jarak
sebenarnya tidak sempat mengukur :P). Kalau di kampung halaman yang jalannya
lancar pun butuh 15 menit lebih untuk mencapai jarak tersebut.
Usai salat Subuh, saya dicarikan tukang ojek yang rumahnya hanya berjarak
beberapa meter saja.
“Terbang
jam berapa?”
“Setengah
6, Pak. Tapi Pak, kumpulnya jam 5.”
“Oh,
jam 5. Oke!”
Akhirnya,
tanpa banyak cingcong,
wuus...wuuus...wuuusss.... Tiga kali lampu merah diterobos, di bangjo lainnya
masih patuh. “Laa haula walaa quwwata illabillah...”, tidak tahu berapa kali
terucap. Tetapi, “kerennya” tidak ada drama rem mendadak dari Si Bapak yang
bisa melempar penumpang dari jok motor kapan saja.
Tiba
di sekitar lokasi meeting point, saya
diturunkan di tengah—sudut jalan—antara Lanud Halim PK dan Pangkalan TNI AU.
Saya menunjuk arah gerbang dengan replika pesawat dan berdiri dua penjaga di
arah pintu masuk (sebelah kiri).
“Gak
boleh, mbak, ke situ. Itu daerah militer,” Si Bapak menjelaskan.
“Di
undangan seperti itu fotonya, Pak.”
“Sana
kali, Mbak.” Tunjuk Si Bapak ke arah gerbang sebelah kanan yang bertuliskan 'HALIM PERDANAKUSUMA Airport' alias bandara dan
tampak kendaraan roda 4 keluar-masuk. Setelah Si Bapak berpamitan, saya
menghampiri petugas loket di bagian pintu keluar kendaraan dan menanyakan letak
Suma 3. Walaupun sama-sama bingung, hasil dialog kami telah mengantarkan saya
menuju jalan yang benar, sekaligus gerbang yang tepat.
Sukses menyeberang ke lajur sebelah, saya mendatangi 2
orang petugas yang berada di pos masuk yang terbentang “PANGKALAN TNI AU HALIM
PERDANAKUSUMA”. Bersama salah seorang Airmen dari Bekasi, saya diarahkan menuju
titik di mana peserta yang lain telah berkumpul. Sebagian berkumpul di musala
sekaligus ibadah salat subuh, sebagian lainnya di belakang gerbang jaga
parkiran. Perkenalan singkat dengan beberapa Airmen, mempertemukan saya
dengan seorang ibu yang se-almamater. Terjadilah sesi curhat tentang mantan. *eh
Masih pagi dengan langit Jakarta yang khas, “kabut
polusi”, para peserta diarahkan menuju Suma 3 Lanud Halim Perdanakusuma.
Bertujuh, kami nebeng dan diantar oleh salah satu staf Dispen AU. Adapun
peserta lainnya mayoritas diantar sampai Suma 3 oleh keluarga masing-masing.
Tiba di Suma 3, beberapa jurnalis dari berbagai media juga telah hadir.
Sembari bersiap-siap untuk sarapan, seluruh Airmen dan
jurnalis undangan mengisi daftar hadir dilanjutkan pembagian merchandise Airmen Tour 2019 berupa hoodie dan topi lapangan. Di dalam ruang
tunggu, kami menyantap soto bersama-sama sebelum diterbangkan menuju Pulau
Andalas.
|
Persiapan boarding (Sumber : Dok. pribadi) |
Selesai santap pagi, kami bergegas untuk segera boarding. Ya, meskipun sudah ngaret, tetep dong ambil dokumentasi gambar dan video. Bahkan setelah
seluruh peserta berfoto bersama-sama, sendiri-sendiri ataupun ada yang nge-vlog.
Hingga akhirnya ada yang mengingatkan, “Ayo, ayo, naik! Stok foto nanti masih
banyak.”
Bismillahi
tawakkaltu ‘alallahu…. Peserta Airmen Tour 2019 terbang menuju Pekanbaru, Riau.
Masuk ke kabin Boeing 737-400, saya duduk bersama 2
Airmen, Novia dari Yogyakarta dan Rahmi dari Jakarta (aslinya Uni Padang).
Sebetulnya berniat membuat jurnal perjalanan, tetapi ternyata rasa kantuk
menyerang. Walhasil, hanya merem-melek sepanjang penerbangan. Lha, wong 24 jam lebih belum tidur sejak
berangkat dari rumah ditambah lagi mobilitas yang lumayan jauh.
Secara bergantian Kolonel (Adm) Bejo Suprapto dan
Kolonel (Sus) Muhamad Yuris memandu dan menyapa peserta yang duduk di kabin
pesawat VIP milik TNI AU, Boeing 737-400. Fasilitas di pesawat ini sangat
nyaman terutama bagi saya yang baru pertama kali
merasakan “terbang” tinggi. Mirip kondisi di kereta api premium, tetapi lebih
bagus di pesawat ini, sih.
Dengan sarapan yang (telah) cukup, kami masih
disediakan makanan ringan (tapi tinggi karbohidrat) untuk menemani perjalanan
di atas lautan awan. Berkilo-kilo meter di atas muka bumi, cirrus dan kawan-kawannya diiringi sengatan sinar matahari
menjadi pemandangan di luar jendela.
Sekira 2 jam mengudara, Boeing 737-400 dari Skadron
Udara 17 ini mendarat di Lanud Roesmin Nurjadin,
Pekanbaru, Riau.
Roesmin Nurjadin merupakan Pangkalan TNI AU terbesar yang berada di luar Pulau
Jawa, terutama daratan Sumatera. Sejarah mengenai asal-usul
pemberian nama Lanud, boleh baca langsung di sumber ini, ya!
|
(Sumber : Dok. pribadi) |
Kami turun menginjakkan kaki di Mako Lanud Roesmin
Nurjadin, disambut oleh komandan beserta staf jajarannya di depan gedung bercat
biru “khas TNI AU” yang membentang. Usai coffe
break, kegiatan Airmen Tour 2019 dimulai dengan salam-sambut secara resmi
oleh pemimpin rombongan dan pihak Lanud. Sambutan hangat oleh Komandan Lanud,
Marsma TNI Ronny Irianto Moningka menyapa peserta dengan pantun (yang
sepertinya telah membudaya di lingkungan TNI Angkatan Udara).
Pak Ronny memaparkan profil Pangkalan Udara Roesmin
Nurjadin yang lokasinya berdekatan dengan negeri jiran. Disambung Pak Bejo,
sebagai pengantar dan pendamping peserta, beliau menjelaskan secara singkat
tentang acara Airmen Tour 2019.
Airmen Tour adalah salah satu bentuk apresiasi dan terima kasih terhadap
pengikut dan pembela terdepan TNI AU di berbagai media sosial, yang selanjutnya
disebut Airmen.
|
(Sumber : Dok. peserta ~ A.A.Aji N.) |
|
Sebetulnya
saya tidak terlalu aktif di dunia maya, apalagi menjadi garda terdepan pembela
TNI AU di ekosistem digital. Bahkan, saya tidak ingat mulai kapan mengikuti
akun-akunnya. Yang pasti belum lama. Tidak menelan tebaran info-info palsu dan
hoaks itulah alasan pertama saya ketika mengikuti akun TNI AU. Kebetulan akun
milik TNI AU yang “bercentang” ini juga sering beredar di linimasa twitter
saya, apalagi konten dan komunikasi yang tidak kaku ketika bersama warganet.
Menyusul,
Pak Yuris
menguraikan secara singkat sejarah dan latar belakang kegiatan Airmen
Tour. Beberapa poin penting yang menjadi latar belakang
kegiatan Airmen Tour, bahwa kegiatan ini
- Bentuk Kemanunggalan (TNI AU)
bersama rakyat
- Publikasi secara massif berkaitan
dengan Bulan Dirgantara
- Membina hubungan baik TNI AU-Media
- Menampilkan profesionalisme
- Menjaga Militansi TNI AU
- Mengembangkan inovasi baru.
By the way, Airmen Tour ternyata sudah diadakan empat
kali di tahun-tahun sebelumnya. Airmen Tour pertama dilaksanakan pada 2014 di
Kota Yogyakarta. Tahun 2015 diadakan di Ibukota Jakarta. Sedangkan yang ke-3
pada tahun 2016 (atau 2017, lupa)
peserta terbang ke Madiun, mengunjungi Lanud Iswahjudi. Lanjut, tahun 2018
peserta Airmen Tour diangkut ke area Landing paralayang di Puncak, Bogor. Nah,
alhamdulillah tahun (2019) ini berkesempatan ikut ke Pekanbaru, Riau dan bukan
diangkut dengan pesawat Hercules seperti tahun-tahun sebelumnya.
Sebelum
mengakhiri presentasi, Pak Yuris menampilkan beberapa karya peserta yang telah
terpilih mengikuti perjalanan ini. Untung karya saya tidak mejeng di slide PPT,
dag dig dug, karya saya serupa gambar anak esde. Tetapi Alhamdulillah, meskipun
dengan karya sederhana, saya ikut diterbangkan ke Pekanbaru, Riau. Kota yang
ingin saya kunjungi di tahun 2016 dan ditolak ketika mendaftar KKN Kebangsaan
karena jumlah SKS di awal semester belum cukup, akhirnya saya pijak di tahun
2019 dengan jalan tidak terduga. Big thank to Indonesian Air Force!
Seluruh
peserta berfoto bersama jajaran staf Lanud Roesmin Nurjadin di tepi landasan
pacu berlatar gedung “PANGKALAN TNI AU ROESMIN NURJADIN” dengan dua logo di kanan-kirinya.
Skadron Udara 12 Black Panther
|
(Sumber : Dok. peserta ~ Riantares) |
Sesuai
timeline, tour pertama ialah mengunjungi Skadron Udara 12.
Perjalanan
menggunakan bus ditempuh beberapa menit menuju Black Panther’s Home Base. Pasukan, eh, rombongan Airmen
disambut oleh komandan serta beberapa staf Skadron Udara 12 dan langsung
diarahkan ke hanggar pesawat. Seluruh peserta mendengarkan presentasi langsung
oleh penerbang-penerbang dari Skadron ini. Dilanjutkan dengan tanya-jawab
terkait persenjataan
dan material yang dipamerkan di
depan peserta.
|
Presentasi Skadron (Sumber : Dok. pribadi) |
|
(Sumber : Dok. pribadi) |
|
(Sumber : Dok. pribadi) |
|
(Sumber : Dok. pribadi) |
Peserta
diperbolehkan naik dan berfoto di cockpit
pesawat Hawk 100/200 yang berumur hampir seperempat abad, seumuran deh sama yang nulis. Saya tidak ikut naik, antre banget. Biarkan
awak media yang lebih butuh “laporan.” Saya hanya mengambil beberapa foto.
Bukan hanya kamera ponsel yang kurang mendukung, memang tidak semua sudut
Skadron diperbolehkan untuk dipotret. Demi keamanan negara (Ssstt.... ini
serius).
Lelah
berkeliling, melihat-lihat pesawat dan senjata tempur lainnya, (beberapa)
peserta istirahat menikmati snack ringan. Beberapa lainnya berbelanja
merchandise. Bus telah menunggu kami untuk mengantar ke destinasi tour
selanjutnya, Skadron Udara 16.
Skadron Udara 16
|
(Sumber : Dok. pribadi) |
Perjalanan
menuju Skadron Udara 16 memakan beberapa menit. Pemandangan kiri kiri-kanan
jalan masih berupa vegetasi hutan, sebelumnya khawatir jika yang saya temukan
adalah kebun sawit (Kebun BUKAN Hutan). Padahal ya, sawit memang sudah merambah Pulau Sumatra
sejak lama. Kedatangan peserta
Airmen Tour di Skadron Udara 16 menggunakan bus telah ditunggu jajaran Skadron di depan
pintu masuk.
|
Sambutan oleh Komandan SU-16 (Sumber : Dok. pribadi) |
Penyambutan
peserta tour
dipimpin oleh Komandan SU-16, Letkol Pnb Bambang Apriyanto. Selanjutnya,
seluruh peserta diarahkan menuju hangar untuk mendengarkan presentasi singkat
tentang skadron ini. Presentasi disampaikan melalui pemutaran video dengan
format serupa film Avengers Endgame. Kata pemaparnya, Lettu Pnb A.E. Tridita
Siagian, filmnya yang meniru formatnya. Di-iya-kan, saja….
|
(Sumber : Dok. pribadi) |
|
(Sumber : Dok. pribadi) |
Peserta melanjutkan tour skadron dengan berdiskusi,
berfoto ria bersama penerbang maupun pesawat dan “perlengkapan” di hanggar.
Beberapa berbelanja merchandise khas SU-16, disambung foto bersama pilot SU-16
dengan seluruh peserta Airmen Tour di depan hanggar. Berfoto saat sedang
terik-teriknya tanpa memakai kacamata (hitam). Dan, benar kata salah seorang
staf Dispen AU, “Panasnya Pekanbaru tidak seperti Jakarta.” Panasnya Jakarta
mungkin membuat kulit belang dan gosong, sedangkan panasnya Pekanbaru membuat
kulit matang merata.
|
(Sumber : Dok. Dispen AU) |
Puas berfoto, kami diarahkan untuk menuju ruang tamu.
Telah terhidang jamuan, beberapa jenis snack
dan minuman, dipersilakan agar segera disantap. Matahari telah condong ke arah
barat, sebagian peserta dan staf melaksanakan ibadah salat duhur di musala yang
letaknya tidak jauh dari hanggar. Ketika berjalan kembali menuju tempat peserta
lain beristirahat, saya melihat sepeda terparkir berderet, pengin
tak-gowes…😅
Seluruh personil Airmen Tour kembali berkumpul usai
menuntaskan ishoma di Skadron Udara 16. Bangku di dalam bus telah diisi oleh
penumpangnya masing-masing, kemudian bus melaju menuju Lanud Roesmin Nurjadin
kembali. Saya mengira perjalanan Airmen Tour 2019 akan diakhiri sekembali dari
SU-16, oh ternyata... malah disambung ishoma -- terutama makan -- (lagi). Kali
ini bukan hanya snack, tetapi berbagai
macam masakan terhidang di meja prasmanan. Alhamdulillah… rejeki airmen semuanya.
Dalam timeline
agenda Airmen Tour, ada satu lagi destinasi yang akan kami kunjungi, yaitu
Batalyon Komando Paskhas 462/Pulanggeni. Setelah mencukupkan santap siang, kami
kembali ke atas bus dan siap berangkat menuju lokasi.
Batalyon Komando 462 Paskhas/Pulanggeni
|
(Sumber : Dok. Puspen AU) |
Menuju Batalyon Komando 462 Paskhas/Pulanggeni
menggunakan bus melintasi jalanan umum (tepi) Kota Pekanbaru. Alhamdulillah, akhirnya
melihat sebagian wajah kota
ini. Perjalanan dari Lanud Roesmin Nurjadin hingga tiba di batalyon ini
memakan waktu yang lebih panjang dibandingkan destinasi-destinasi sebelumnya.
Sampai di lokasi, kami disambut oleh beberapa jajaran
Batalyon Komando 462 Paskhas/Pulanggeni. Seluruh peserta langsung diarahkan ke
belakang gedung yang kebetulan sedang diadakan gladi posko. Presentasi dan tour
oleh komandan batalyon dipaparkan secara langsung dengan menjelaskan (hampir)
seluruh peralatan dan persenjataan yang dieksibisi.
Hanya sebagian kecil peralatan yang saya pahami,
terutama alat-alat SAR yang pernah saya pelajari ketika ikut mapala dan
kerelawanan. Sedangkan untuk senjata tempur, saya angkat tangan, deh. Belum
pernah belajar tentang jenis-jenis senjata api dan sebagainya. Padahal, tempat
tinggal tidak terlalu jauh dari kawasan latihan militer. Ya, tempat tinggal
saya berada di perbatasan Mirit. Apabila ada latihan di wilayah Urutsewu (Ambal---Buluspesantren), biasanya
akan terdengar dentuman meriam meskipun belasan kilometer jaraknya.
|
(Sumber : Dok. pribadi) |
|
(Sumber : Dok. peserta) |
Beberapa peserta tampak bersemangat mengenal berbagai
jenis peralatan dan senjata tempur, bahkan diperbolehkan untuk memegangnya
terutama jenis senjata api laras panjang yang tipenya pun saya tak paham. Ada
dari peserta yang paham jenis senjata yang berjajar, asyik bertukar pikiran dengan
staf batalyon, dan saya merasa embuh. Seperti kunjungan di destinasi sebelumnya,
agenda dilanjut dengan foto bersama para jajaran batalyon. Saya tidak ingat,
apakah di batalyon ini ada yang belanja merchandise atau tidak. Kami bergegas
masuk ke dalam bus yang terparkir-menyala di halaman untuk segera diantarkan ke
destinasi bonus.
BONUS:
Mengunjungi Simulator Penerbangan
Simulator Penerbangan adalah bonus yang kami kunjungi,
padahal sebelumnya tidak terjadwal pada agenda Airmen Tour 2019. Tentu melebihi
schedule time. Salah seorang staf Dispen AU menyatakan cuaca cukup bersahabat
dan masih ada waktu sebelum terbang kembali ke Jakarta, sehingga tak masalah menyaksikan
tempat simulasi bagi para penerbang sebelum mereka benar-benar mengudara. Beliau
bertutur,“Tenang, pesawatnya yang nungguin kita… Gak bakal ditinggal.”
Karena kamera ponsel buram, saya tidak mengambil dokumentasi di Ruang Simulator Penerbangan. Berikut saya sematkan video dari salah satu televisi swasta tentang perjalanan Airmen Tour ini.
Di ruang simulator, para peserta menyaksikan salah
seorang pilot yang sedang menjalankan simulasi penerbangan dan seorang lagi di
bagian simulator lain. Dari belakang, kami dapat melihat tampilan visual yang
tampak oleh seorang pilot ketika pesawat mengudara hingga kembali mendarat di
landasan pacu. Beberapa menit di simulator harus kami akhiri. Kami kembali
menuju titik awal “petualangan” di tanah Pekanbaru, Lanud Roesmin Nurjadin.
|
(Sumber : Dok. pribadi) |
Sebelum meninggalkan Pulau Andalas, seluruh peserta
Airmen Tour 2019 resmi berpamitan kepada seluruh jajaran dan staf Lanud Roesmin
Nurjadin yang telah menyambut dan memfasilitasi tour seharian penuh totalitas. Beruntung,
sore itu tidak ada hujan, kami dapat segera terbang kembali ke ibukota. Beriring
doa, kami boarding ke dalam pesawat Boeing 737-400 untuk kemudian take off
menuju Lanud Halim Perdanakusuma.
Dua orang yang duduk bersama ketika pemberangkatan
mengambil kursi bagian kiri, sedangkan saya memilih tempat duduk paling kanan
di tepi jendela. Mencari sandaran kepala ketika memejamkan mata, khawatir akan
terkantuk-kantuk dan mengganggu orang lain jika tanpa sandaran di sisi kanan
atau kiri.
Akhirnya, di sebelah kiri diisi oleh 2 orang, tetapi
memang tidak ada tempat duduk yang kosong sejak pemberangkatan. Sebelum saya
terlelap, penumpang ber-DSLR
di samping saya memohon izin jika nantinya akan mengambil gambar melalui kaca
jendela pesawat. Perlahan, saya telah nyenyak terlelap tidur di atas lautan
awan, bukan hanya karena lelah tetapi juga “ngantukan”. 😂
|
(Sumber : Dok. pribadi) |
Setengah jam sebelum mendarat, saya terbangun dan
terdapat box berisi snack yang tidak saya ketahui kapan dibagikan. Menengok ke
luar jendela, telah tampak perairan – lautan – yang di permukaannya mengapung
kapal-kapal terlihat sekecil ujung pensil. Ketinggian pesawat semakin berkurang
seiring terlihatnya garis pantai, perbatasan darat-laut Jawa bagian utara.
Sekitar pukul 17.30 WIB, pesawat Boeing 737-400 resmi
menyelesaikan tugasnya mengantar – pulang peserta Airmen Tour 2019 kembali ke
Lanud Halim Perdanakusuma. Seluruh peserta dan jurnalis kembali berkumpul di
Suma 3. Panitia Airmen Tour menyerahkan piagam penghargaan, cinderamata, serta
oleh-oleh dari Pekanbaru kepada seluruh peserta. Airmen Tour 2019 sukses dan
resmi ditutup!
Beberapa peserta yang tidak membawa kendaraan diantar
oleh salah seorang Staf Dispen AU ke titik awal bertemu. Sebenarnya tidak
terlalu jauh, sayangnya hari sudah gelap dan ketika datang pun juga masih
(agak) gelap untuk sekadar melihat petunjuk jalan. Alhamdulillah, pelajaran dan
perjalanan yang sangat berharga, satu hari bersama Ksatria Langit mengenal
lebih dekat bagian kecil di NKRI.
Terima kasih TNI Angkatan Udara Republik Indonesia! #JauhDiLangit #DekatDiHati