Wednesday 29 March 2017

Youth Adventure Day 2016


Youth Adventure Day?
“YAD adalah sebuah program pengembangan diri berbasis experiental learningadventureoutbond adrenaline dan penguatan nilai-nilai Emotional Spiritual Quotient (ESQ) yang diselenggarakan oleh Indonesian Youth Dream.” Kurang lebih seperti itulah kalimat yang tertulis dalam poster yang berkali-kali muncul di beranda facebook saya.

Dalam postingan juga terdapat info, bahwa event yang dilaksanakan di Yogyakarta ini berskala nasional dan menghadirkan acara-acara yang menarik. Walaupun pemberitaan tentang YAD di media sosial sudah agak lama, tetapi saya baru benar-benar melihat secara detail di sela-sela waktu istirahat saat PKL (Praktik Kerja Lapangan).
Sejak Oktober 2015, saya sedang mempersiapkan segala keperluan untuk kegiatan PKL. Mulai dari konsul topik, judul, kontak lokasi PKL, menyusun proposal-pengesahan, dan akhirnya berangkat ke lokasi beberapa hari setelah menyelesaikan UAS pada 16 Januari 2016. Tiba di lokasi PKL, ternyata proposal PKL harus direvisi lagi dan lagi. Tentu butuh koneksi internet untuk perbaikan. 

Baiklah..., tidak ada modem, belum ada username dan password wifi dari pihak Balai. Jadilah saya pengunjung warnet yang sering pulang kemalaman karena ngantri dengan pengunjung lain, para gamers online. Dua warnet terdekat  yaitu di Jl. Balaputradewa dan warnet di pertigaan menuju kosan dekat Manohara Hotel. 

Tidak lupa, selain materi, saya menemukan postingan tentang YAD kembali. Saya download posternya untuk dilihat sewaktu-waktu, walaupun hampir terlupakan karena sibuk revisi proposal versi pembimbing lapangan. Memasuki bulan Februari, akhirnya saya bisa mengakses internet di Balai, karena penasaran saya buka link formulir pendaftaran YAD tersebut.
Melihat syarat yang harus dipersiapkan dan waktu yang tersisa semakin sedikit, saya iseng (beneran) tetap mendaftar walaupun di hari mepet. Entah kenapa, kata “Yogyakarta” dan“Adventure“ kali ini di event YAD begitu menarik.

“Yogyakarta: ada rindu yang tak tertuntaskan (lho???).“ Tulisan itu pernah saya baca di mana, dan sepertinya saat itu saya sepaham. Tidak perlu dijelaskan sekarang, OK! Sedangkan “adventure”? Sebenarnya, sejak kecil saya sudah ber-adventure ria. Lalu, saat SLTA juga sering keluar-masuk hutan, naik-turun bukit, dan yang paling berat saat mengikuti diksar mapala univ. 

Bayangkan...., berat badan saya yang jarang menyentuh angka 45 kg alias kurang, harus gendong tas carier beserta isinya seberat hampir 20 kg, jalan kaki dari Baturraden, Banyumas (Kaki Gunung Slamet) sampai Cilacap (pantai) lewatnya juga hutan, hanya sesekali jalan beraspal. 

Akan tetapi, saya penasaran adventure seperti apa di event ini. Apa kayak di acara My Trip My Adventure? Lho, toloong (bukan) korban acara televisi yaa. Eh ya, hampir lupa, di poster juga tertulis “ Hanya pemuda-pemudi terbaik….. bla bla bla.” Tambah penasaran. Seperti apa nanti acaranya?
(Kalau tidak salah) Dua hari kemudian, diumumkan peserta yang dinyatakan lolos untuk kegiatan YAD. Tunggu dulu! Waktu itu adalah sabtu (akhir pekan), seharusnya kegiatan PKL saya libur, tetapi teman saya yang PKL di Balai Arkeologi Yogyakarta (Balar) pindah ngelab di tempat saya PKL, Balai Konservasi Borobudur (BKB). 

Saya sedikit membantu dan menemaninya nge-lab, lalu sorenya kami bertolak dari Magelang, naik bus terakhir menuju Jogja dan hampir telat (pula). Akhirnya, malam mingguan (berempat, bersama dua yang lain) di Jogja.

Minggu siang, setelah bosan jalan-jalan karena nyasar ke pasar hingga Makam Raja-Raja Mataram, saya buka laptop dan Alhamdulillah ada koneksi internet Balar, update info-info di medsos. Ada beberapa inbox masuk, dua permintaan inbox FB dari panitia YAD (karena belum berteman), baru ingat kalau sehari sebelumnya adalah pengumuman dan Minggu itu adalah hari terakhir konfirmasi kehadiran. 

Hari itu juga saya baru membuka pengumuman dan yang saya dapatkan adalah selamat, artinya saya diterima sebagai salah satu calon peserta. Setelah dipikir dan dipertimbangkan, dengan planning akhir bulan sebelum masuk kuliah yang sudah terencana, saya konfirmasi kehadiran di event YAD. Kesempatan yang sama tak akan datang dua kali. Kalau di-cancel, kemungkinan akan kesulitan pada event lain yang serupa.
Beberapa hari kemudian, saya bergelut memenuhi persyaratan yang harus dilengkapi. Ada hal yang sedikit membuat saya sebal walaupun sebenarnya menguntungkan, yaitu ketika berkunjung ke dokter untuk memperoleh surat keterangan sehat. Si dokter hanya mengukur tekanan darah dan menanyakan BB, TB, umur, dan perlunya surat. Biasanya, sesederhana apapun instansi kesehatan atau dokter praktik, tetap akan dilakukan pemeriksaan terhadap pasien. What? Is he a (real) doctor? Hahah, embuh wes

Selesai PKL, saya pergi ke kampus untuk berkonsultasi masalah akademik dengan dosen pembimbing. Apalah daya mahasiswa, kalo dosen membatalkan, ya udah, done! Sabar.

Tanggal 25 Februari, saya pulang kembali ke Kebumen, karena badan semakin lemah, terlalu lelah mondar-mandir Magelang-Jogja-Magelang-Kebumen-Magelang-Purwokerto-Kebumen. Dan tanggal 26 harus kembali ke Jogja, untung, jarak rumah-Jogja tidak mencapai 200 km, sehingga perjalanan tidak terlalu melelahkan.
Jumat pagi, 26 Februari, saya berangkat dari Stasiun Kutoarjo menuju St. Lempuyangan (Jogja) dengan kereta api lokal Prambanan Ekspres (Prameks). Sedikit buru-buru memang dan hampir ketinggalan kereta. Entah telalu lelah atau apa, saya lupa membawa jaket yang sudah disiapkan. 

Padahal kondisi sedang mriangdown. Beberapa teman di Jogja yang saya hubungi tidak ada yang dapat membantu, nanti seperti apa kondisi saya, wallahua’lam. Tiba di stasiun tujuan, saya bertemu teman yang se-universitas, tapi sayangnya kami berbeda tujuan dan acara, saya ke Imogiri (Bantul) sedangkan mereka ke Kota Yogyakarta. 

Sekitar sejam sebelum dhuhur, saya langsung menuju meeting point di Balai Kota Yogyakarta. Menjelang tengah hari yang terik, saya tiba Masjid Balai Kota Yogyakarta bersama beberapa peserta dari IPB yang sebelumnya bertemu di perempatan lampu merah. Tiba di masjid, ternyata sudah ramai peserta dari berbagai daerah, dan memang hari itu masjid juga digunakan untuk ibadah shalat Jumat.
Dua jam lebih menunggu, peserta dan panitia berangkat bersama menuju lokasi Adventure di Kawasan Kebun Buah Mangunan, Imogiri, Bantul, DIY. Opening ceremony of Youth Adventure Day 2016, dilaksanakan setelah peserta registrasi ulang, dan dibuka secara langsung oleh Presiden Indonesian Youth Dream, Mas Puguh. Selanjutnya, penyambutan peserta YAD oleh Ketupat, Mas Ma’ruf, kemudian diikuti pembagian dan perkenalan kelompok. 

Saya tergabung di kelompok 9 (anaknya kalem-kalem, sampe fasilnya bingung). Karena kedatangan ke lokasi yang molor, akhirnya, jadwal sedikit berubah, tenda yang jumlahnya puluhan (belasan) tidak jadi didirikan oleh peserta tetapi panitia (kurang baik apa coba-mba dan mas panitia?). 

Para peserta melanjutkan kegiatan interactive session 1 yang diisi oleh narasumber dari BNN Yogyakarta, yang tempatnya agak jauh dari tempat pembukaan. Setelah makan malam, ada agenda Keistimewaan Yogyakarta dan Film Discussion. Saat interactive session 1, sebenarnya ada 1 hal yang ingin saya tanyakan, tapi kawan-kawan yang lain lebih aktif dan waktu sangat terbatas, apalagi satu peserta  yang amat gigih mengejar jawaban dari pemateri karena ketidak-sinkronan pertanyaan-jawaban. Iya sih, saya saja gemes, pertanyaan “bagaimana?” tapi diberi jawaban  untuk pertanyaan “apa?”. Ini sesi ter-“riuh”, sampai beberapa beberapa orang mencoba menengahi.
Untuk sesi Keistimewaan Yogyakarta, saya lebih setuju kalo ini “sesi motivasi”, hal yang dominan dibahas tentang prestasi-prestasi beberapa orang. Awalnya, saya kira akan dibahas kenapa sampai ada slogan “Jogja Istimewa”, hmm, sayangnya terlalu jauh dari ekspektasi. Dan saya sepertinya sudah lelah. Saya hampir terlelap dalam duduk, hingga akhir sesi ini selesai. Padahal memang udah dari sananya pelor

Setelah break sebentar, ada Film Discussion sebelum kembali ke tenda. Usai melihat film 2 ditayangkan, peserta yang dibagi ke dalam beberapa grup dipersilahkan menuangkan isi 2 film tersebut melalui gambar kemudian mempresentasikannya ke depan. Sekali lagi, saya ngantuk sekaligus kondisi badan drop. Menjelang tengah malam, akhirnya mata panda ini (upss!) dapat beristirahat dengan baik. Recharge energi untuk esok hari.
Walaupun kerudung basah, karena ada bagian tenda tertembus air hujan, tidur malam itu cukup nyaman. Setelah ibadah, sarapan, dan kegiatan lain, mulailah sesi Adventure. Medan yang ditempuh sangat menyenangkan (bagiku), meskipun beberapa kali ada adegan terpleset dari teman kelompok Adventure (lupa, kelompok berapa??? Duh). 

Dalam perjalanan, banyak hal-hal yang harus kami temukan dan selesaikan dengan kekompakan seluruh anggota tim. Di penghujung sesi, kami diguyur hujan, dalam tim hanya saya yang membawa tas dan jas hujan. Semua benda yang dikhawatirkan rusak terkena air masuk ke dalam tas, tentu saja jas hujannya cuma buat tas (bukan saya) meskipun cairan di hidung meler kembali dan jarak pandang semakin pendek. Kita satu tim, satu rasa satu langkah #yuhuu... Selesai sesi ini, kami bersih diri, istirahat, dan ibadah menunggu acara selanjutnya.
Malam terakhir, ada Culture Night dan Dream Planning Workshop. Saat Culture Night, kebetulan saya tidak menampilkan apapun, tidak sempat menyiapkan sebuah pertunjukan karena kesibukan  kegiatan PKL. Ingin menampilkan pencaksilat, tetapi belum hapal jurus IPSI secara keseluruhan. 

Penampilan yang menjadi favorit (terutama saya) adalah penampilan dari teman-teman Sumbawa, eh kok jadi ingat film Pesan dari Samudera, padahal apanya yang nyambung? Separuh penampilan para peserta, ada pelatihan tari dari mbak…? (Lupa siapa namanya, halah), karena tidak kebagian tempat, menepi-lah saya bersama beberapa orang ke kiri panggung, dan tempatnya tertutup pohon. 

Angin malam semakin menusuk, saya pun hanya sedikit bergerak, tidak memakai jaket pula. Saya menyingkir dari area pertunjukan, tidak ada panitia yang tau (sepertinya). Ditemani beberapa orang, saya beristirahat di musholla sampai tertidur. 

Bangun-bangun, sudah dimulai acara selanjutnya, Dream Planning Workshop. Saya kembali masuk ke acara. Bukan cuma bara yang terbakar dan diselimuti kobaran api. Akan tetapi, semangat dan cita-cita para peserta juga disulut oleh Presiden IYD. Melangkah di atas bara, lantas meneriakkan masing-masing harapan dan cita-cita ke depan. Satu per satu peserta meluapkan emosi positifnya.
Pagi, hari terakhir. Masih ada agenda? Tentu! Ada outbond dan green movement, penanaman pohon. Setelah sarapan, senam pemanasan, mulailah outbond yang penuh keceriaan (???). Tema adrenaline outbond kali ini, “Break Your Limit, Build Your Character” Selama outbond, ada sepasang tim yang melakukan permainan di setiap pos. Tentu saja ya, timnya bukan lagi tim opening ceremony atau saat adventure session, pecah lagi biar makin seru. 

Memasuki waktu dhuhur, outbond selesai, ditutup dengan flying fox-an setelah menyeberangi jembatan tali. Setelah ishoma (istirahat, sholat, makan), seluruh peserta dan panitia melaksanakan green movement dengan melakukan penanaman bibit pohon di area Kebun Buah Mangunan sebagai wujud generasi muda yang cinta alam dan lingkungan.
Seluruh bibit telah ditanam di lokasi pilihan masing-masing, semua peserta kembali ke area camp untuk persiapan Closing Ceremony. Tenda-tenda dan segala perlengkapan dirapikan bersama-sama. Oyaa, dalam Closing ceremony ada beberapa rangkaian acara, seperti tukar kado, pemberian awards yang telah disiapkan oleh panitia, pembentukan koordinator YAD 16, dan tidak lupa Closing oleh Presiden IYD serta pembagian sertifikat. Dalam acara tukar kado, kebetulan saya mendapatkan sebuah “kotak motivasi” dengan satu gelang dari kawan mahasiswa UNS. Halo, jenuhlaporan.blog.uns.ac.id!

Beberapa awards telah diberikan kepada peserta dan tim (terbaik, teraktif, dll), dilanjutkan pemilihan koordinator YAD 2016. Billy dari Kalimantan (Balikpapan, kalo tidak salah) yang akhirnya terpilih sebagai koordinator dari serangkaian tahap penyalonan, kesediaan, dan lain sebagainya dalam waktu singkat. Akhirnya, Closing Ceremony dilakukan—Sayonara!
Eitss… Penutupan memang sudah dilakukan, tapi perjalanan belum usai. Setelah penutupan, peserta kembali ke Kota Yogyakarta, Titik Nol Kilometer, sebagai “titik pisah”. Status “peserta” sudah bukan tanggung jawab panitia. Ada yang langsung pulang melalui terminal, stasiun, bandara atau berjalan-jalan terlebih dahulu menikmati suasana malam Kawasan Malioboro. 

Saya langsung pulang karena esok harinya awal masuk kuliah, meskipun belum ada jadwal hari senin. Untuk menuju Terminal Giwangan, saya menggunakan jasa bus Transjogja (Tj) supaya banyak teman di jalan dan Alhamdulillah banyak yang satu tujuan, ke terminal. Akan tetapi, waktu itu memang sudah gelap (belum larut malam sebenarnya), bus Tj sudah sedikit yang beroperasi, petugasnya pun terkesan ogah-ogahan padahal masih sejam lebih dari batas waktu operasi harian. 

Petugas menyampaikan berbagai macam alasan supaya kami naik kendaraan lain saja. Dan kami para calon penumpang berpendirian tetap. Setelah bingung bagaimana cara menuju terminal, akhirnya saya menemukan satu teman perjalanan pulang dari halte yang sama. Dua teman (partisipan) lagi menyusul naik dari halte yang berbeda. Yang pertama adalah panitia YAD, Alvian, adik tingkat sama-sama kuliah di Purwokerto tetapi beda kampus, dan ternyata juga bersahabat dengan teman saya SMA, Samsul. Nah, yang dua orang lagi adalah Ken yang akan pulang ke Jatim dan siapa (tidak tahu namaa!!!) pulang ke Semarang.
Kami tidak terlalu banyak berbincang di dalam bus Tj, penumpang yang naik-turun jumlahnya masih lumayan. Perjalanan kami tak semulus aspal Ring Road Kota Jogja, haha... Ketika hampir sampai Terminal Giwangan, berjarak sekitar 700 meter (nengok Google maps), bus tiba-tiba berhenti. 

Petugas turun untuk mengecek kondisi mesin, “Mogok!” katanya. Seluruh penumpang turun dan disarankan menunggu bus Tj selanjutnya yang akan lewat. Petugas masih memeriksa kondisi bus (Kalau kata salah seorang teman,”Kita dibohongi, ditipu. Mereka pura-pura”). Sembari menunggu, kami pergi ke minimarket untuk membeli minuman dan makanan ringan. 

Karena terlalu menghabiskan waktu untuk menunggu dan malam semakin larut, kami akhirnya memutuskan untuk berjalan kaki menuju terminal, lagipula jaraknya tinggal beberapa ratus meter “saja”. Sama halnya dengan beberapa penumpang lainnya. Tahu, apa yang terjadi ketika kami sampai di persimpangan lampu merah menuju terminal? Busnya melaju kencang euy. Benar-tidaknya kata teman saya tadi, hanya Alloh yang tahu.

Akhirnya, kami tiba di Terminal Giwangan dengan melintasi bagian belakang terminal. Tiba di dalam terminal, kami berpisah mencari bis sesuai tujuan pulang. Saya dan Alvian yang ke arah barat naik bus yang sama, Mandala jurusan Bandung via Tasik. Bus ekonomi AC seat 2-3, murah dan nyaman. 

Kebetulan kami bertemu salah satu peserta YAD lain, Bang Defir, teman se-tim outbond. Sayangnya, kami bertiga tidak duduk sebaris. Jadi, teman ngobrol saya hanya Vian, sebelum bapak-bapak oversize duduk menghalangi acara kami sharing ngalor-ngidul. Bus bertolak dari Giwangan cukup malam. Setelah 2 jam perjalanan, bus memasuki wilayah timur Kebumen. Alhamdulillah, walaupun lelah dan mengantuk, saya tetap terjaga dan tiba di rumah dengan selamat.
Ada lelah, ada hikmah di setiap perjalanan. Terima kasih untuk momen yang tidak terlupakan, kawan-kawan YAD di Kota Jogja Berhati Nyaman (dan di mana-mana). Selamat berjuang dengan cita-cita dan mimpi masing-masing. Semoga bertemu kembali dengan kondisi yang lebih baik!
#SalamPETUALANGMuda
#TaklukkanDunia!
Sochidah,
Alumni Youth Adventure Day 2016

Sketsa Bunga Mawar